SENTANI, lpplrku.jayapurakab.go.id – Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si, meresmikan Rumah Pengolahan Tepung Sagu ‘Hele Wabhouw’ di Kampung Sereh Tua, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (9/9/2021).
Ini merupakan bantuan dari BNPB dalam rangka memulihkan perekonomian masyarakat adat di sekitar danau Sentani pascabencana banjir bandang dan luapan air danau.
Keberadaan rumah pengolahan tepung sagu tersebut bertujuan untuk menyediakan hasil produksi olahan tepung sagu guna dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, baik itu masyarakat di sekitar Danau Sentani maupun masyarakat adat Sentani secara umum.
Usai peresmian, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, pada tahun 2019 lalu di sekitar Sentani mengalami bencana alam banjir bandang.
“Kemudian, dari BNPB dengan berbagai pihak ikut turut dalam melihat bagaimana pemulihan kembali masyarakat di sekitar Sentani. Karena itu, hari ini kita lakukan peresmian rumah yang bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi sebanyak 300 unit rumah di sekitar Kemiri, kemudian juga kita lanjutkan dengan peresmian rumah pengolahan tepung sagu di Sereh Tua yang kerja sama BNPB dengan masyarakat adat,” ucap Mathius Awoitauw kepada wartawan, Kamis (9/9/2021) siang.
Rumah pengolahan tepung sagu ini akan segera beroperasi dan dapat memproduksi sebanyak 1 ton perjamnya.
“Secara khusus untuk rumah olahan sagu ini kapasitasnya sangat besar, kalau tidak salah 1 jam sekitar 1 ton. Bayangkan saja satu hari bisa sekian ton, satu bulan sekian ton dan satu tahun apalagi. Bersamaan dengan peresmian hari ini, juga dilakukan penanaman budidaya sagu. Itu berarti kita resmikan pabrik ini, tapi juga masyarakat kita harus buat program budidaya sagu,” ujarnya.
Potensi sagu di Papua sangat besar dan merupakan penghasil sagu terbesar pertama di Indonesia.
“Potensi sagu besar. Tetapi dengan adanya industri ini, potensi sagu yang ada ini mungkin dalam beberapa waktu bisa tidak sanggup lagi untuk memasok bahan baku ke industri tersebut. Karena industri ini sangat besar, maka itu kita akan lakukan bersamaan dengan peresmian hari ini untuk budidaya sagu di berbagai kampung dan di berbagai masyarakat. Nantinya bukan saja sagu di pasok dari daerah ini, tapi kita akan kerja sama dengan kabupaten-kabupaten tetangga untuk memasok sagu di industri ini,” imbuhnya.
Bupati Mathius berharap, dari masyarakat itu sendiri, baik itu Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) atau ada semacam lembaga masyarakat yang mengelola rumah olahan tepung sagu ini.
“Saya pikir ini, yang akan kita lakukan dan lama kelamaan siapa yang akan mengelola tempat ini. Kami berharap masyarakat sendiri, apakah itu BUMKam atau ada semacam lembaga yang masyarakat punya sendiri, itu bisa dibicarakan oleh masyarakat. Supaya Pemerintah Daerah dengan berbagai lembaga bisa mendampingi masyarakat untuk sekian lama agar pada satu ketika kita bisa hibahkan kepada organisasi atau lembaga milik masyarakat,” paparnya.
“Jadi ini tantangan untuk masyarakat kita di Papua. Hutan (dusun) sagu sudah ada, sekarang bagaimana kita alihkan industri dari cepat saji sagu direndam dan patinya kita ambil langsung diolah untuk makan Papeda, itu sudah berabad-abad lamanya untuk masyarakat di sini,” sambung Mathius Awoitauw.
Dengan adanya rumah olahan ini, kata Mathius, berarti masyarakat dituntut untuk bisa masuk dalam satu pola proses yang lebih cepat, bersih dan higienis. Tetapi, juga bisa dijamin kesehatannya dan itu bisa dilakukan produk-produk lain dari sekedar tepung sagu.
“Jadi, itu yang kita coba masuk pendampingan-pendampingan terhadap masyarakat untuk diversifikasi dari tepung sagu ini,” tukasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Jayapura, Alpius Toam mengatakan, dengan adanya rumah pengolahan tepung sagu ini, membutuhkan banyak tenaga kerja terutama masyarakat asli Papua.
“Oleh karena itu, ada dua segmen yang nanti akan memerlukan tenaga kerja. Pertama itu untuk penyiapan bahan baku sagu, ada tenaga kerja semacam perusahaan daerah yang akan dibentuk itu khusus untuk menyiapkan bahan baku tersebut. Di mana, mereka mempunyai tugas mendatangkan bahan baku dari mana-mana saja,” kata pria yang juga Kepala Dinas PU Kabupaten Jayapura tersebut.
Kemudian, untuk segmen kedua adalah membutuhkan tenaga kerja produksi di pabrik pengolahan tepung sagu.
“Setelah mendatangkan bahan baku sagu, di pabrik ini juga ada tenaga kerja yang mempunyai tugas untuk memproduksi. Sebenarnya ini bisa dikerjakan oleh delapan orang, tapi kalau delapan orang ini dipaksa kerja terus menerus pasti ada rasa kelelahan yang dialami oleh delapan orang ini, sehingga harus dibagi dalam shift kerja. Jadi ada beberapa kelompok kerja yang ada di pabrik ini mulai proses sagu dimasukkan sampai kepada tahap packing,” ujarnya.
Usai packing selesai, kaya Alpius Toam, ada kelompok kerja berikutnya yang bertugas untuk melakukan distribusi. “Nah, tugas kelompok kerja distribusi ini tidak hanya kita bicara di tingkatan lokal sini saja. Tapi, bagaimana kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura dalam hal ini Disperindag dengan Pemerintah Provinsi, untuk melihat hasil ini harus dipromosikan dan distribusikan ke berbagai daerah lainnya. Inilah yang bisa dapat menghidupi keberlanjutan dari pabrik olahan tepung sagu ini,” jelasnya.
“Kamu berharap dengan banyak menyerap tenaga kerja di pabrik ini, selain mengurangi pengangguran, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sini,” harap Alpius Toam.
Peresmian pengolahan tepung sagu ini, juga dihadiri Direktur Pemulihan dan Peningkatan Fisik BNPB Harapan Ali Bernadus, Ketua Penghubung Yayasan Buddha Tzu Chi Papua dan Papua Barat Susanto Pirono, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Papua Faisal Sudarno, Sekda Kabupaten Jayapura Hana Hikoyabi, Ketua Kadin Kabupaten Jayapura Jaap Suebu, Ketua LSM Papua Bangkit Hengky Jokhu, perwakilan Kodam XVII/Cenderawasih, para Asisten, sejumlah Kepala OPD dan tokoh adat, serta masyarakat adat setempat.