Sentani, MC KMAN VI – Peserta Kongres Masyarakat Adat Nusantara ( KMAN) VI yang datang dan berkongres di Tanah Tabi tepat nya Kabupaten Jayapura sejak 24 Oktober lalu sangat mengharapkan ada dukungan dan perhatian serius terhadap keberadaan hutan sagu di Kabupaten Jayapura.
Ruslan Ahmad, salah satu peserta KMAN Region Sulawesi mengatakan, rumpun dan hutan sagu yang ada disini ( Sentani) tumbuh secara alami dan belum nampak adanya sentuhan masyarakat adat atau Pemerintah dalam penataan hutan sagu secara profesional.
Di Kampung Yoboi, kata Ruslan, adalah salah satu contoh hutan sagu yang tumbuh secara alami namun belum tersentuh dan dikelola secara profesional. “Hutan sagu yang alami seperti di kampung wisata yoboi itu salah satunya, wajib dijaga, ” ujar Ruslan di Sentani, Sabtu (29/10/2022).
Dikatakan, masyarakat adat di Papua tanpa hutan sagu, kususnya di tanah Tabi atau Kabupaten Jayapura, ibarat masyarakat adat yang tidak memiliki apa-apa yang bisa diharapkan dikemudian hari untuk meneruskan keberadaan masyarakat adat itu sendiri. “Moment kongres saat ini sangat penting untuk bisa berbagi ilmu tetapi juga pengalaman, walaupun hutan sagu di daerah kami tidak sebanyak di papua, ” katanya.
Hal senada juga disampaikan Rikson Wowuruntu dari Region Sulawesi Utara bahwa sagu sebagai makanan pokok bagi masyarakat adat di Papua, kelestarian dan keberadaan nya harus dijaga dengan baik. “Dalam prosesi makan papeda ( sagu yang sudah dimasak) terlihat jelas, kekerabatan, kebersamaan dalam satu keluarga masyarakat adat, ” katanya.
Menurutnya, hutan sagu dan tanah yang saat ini dimiliki oleh masyarakat adat wajib di petakan dan diserifikasikan sehingga tidak terjadi ekploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Gambaran hutan di Papua ini sangat seksi bagi mereka yang suka mencari untung dari kelemahan dan ketidakberdayaan masyarakat kecil. Masyarakat adat di berbagai daerah dan saat ini dalam Kongres di Papua menuntut agar RUU segera di sahkan, jika tidak, maka hak-hak masyarakat seperti hutan sagu yang ada di Papua ini bisa saja dialih fungsikan. “Danau sentani dan pinggirannya ditumbuhi pohon sagu, sudah nampak apa yang luar biasa Tuhan sediakan bagi masyarakat adat di kabupaten jayapura. Semuanya tersedia dan tidak mungkin masyarakat nya tinggal dalam kelaparan, ” jelasnya.
Sementara itu, Alberth Tokoro, salah satu masyarakat di Kampung Yoboi mengatakan, sejak Kampung Yoboi masuk sebagai Desa Wisata Nasional, Kampung Yoboi dibajiri para pengunjung setiap hari. Apalagi saat ini dengan pelaksanaan KMAN VI dan Festival Ulat Sagu yang baru saja selesai, kampung Yoboi tetap ramai setiap hari. “Ada kegiatan seperti ini, masyarakat dipacu untuk tetap produktif dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Kampung yoboi ini pinya potensi yang kuat dalam menunjang ekonomi masyarakat. Taman gizi, hutan sagu, ikan, dan hasil kebun, ” ujarnya.
Sumber: MC KMANVI Kab. Jayapura