SENTANI, lpplrku.jayapurakab.go.id – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jayapura menerima Dana Otonomi Khusus (OTSUS) sebesar Rp. 2,5 milyar yang berasal dari spesifik grand dan diperuntukan untuk 2 bidang yaitu bidang perdagangan dan bidang industri.
Sekretaris Dinas Disperindag Eko Purwaningsihono, SP mengatakan optimis dana otsus yg sebesar 2,5 milyar bisa terealisasi sampai bulan Desember, jika sampai bulan Desember ada yg belum terealisasi kita minta untuk di anggarkan tahun depan.
“Bidang perdagangan mendapatakan alokasi sebesar Rp. 1,710.500.000 yang digunakan untuk 3 kegiatan yaitu, rehabilitasi pasar Nimboran atau pasar Genyem, rehabilitasi pasar Phara Sentani, rehabilitasi pasar Kaureh,” ujar Sekretaris Dinas Disperindag Eko Purwaningsihono, SP
Lanjutnya bidang industri mendapatkan alokasi sebesar Rp. 789.500.000 dana tersebut digunakan untuk 4 kegiatan yaitu penyediaan produksi rumah bersama buat IKM, fasilitasi legalitas produk, di antara nya untuk membantu IKM untuk mengurus lebel BPOM dan lebel halal, lalu di gunakan juga untuk penyediaan kemasan produk, penyediaan sarana produksi industry batu tela. Itu jumlah anggaran yang di alokasi kan buat Dinas Perindustrian dan Perdagangan tahun anggaran 2022.
Untuk realisasi anggaran sampai dengan bulan Oktober ini sebesar Rp.235.438.000 atau sebesar 9,42%. Yang sudah cair baru berupa pekerjaan perencanaan lalu kemudian uang muka untuk pekerjaan rehabilitasi pasar Phara Sentani. Untuk realisasi fisik sampai dengan bulan Oktober ini baru sebesar 10,45%. Rehabilitasi pasar Phara sekitar 50%, untuk pekerjaan rehab yang sudah selesai untuk sementara rehab pasar ikan sementara 2 lagi di pasar Phara sedang dalam pengerjaan.
“Untuk rehab pasar Phara yang paling besar anggarannya adalah rehabilitasi pasar ikan dibutuhkan untuk rehab lantai karena masih tanah lalu kemudian dicor dibuat drainase dan atapnya juga diperbaiki,” jelasnya.
Sekretaris Dinas Disperindag Eko Purwaningsihono menambahkan anggaran Rp. 2,5 milyar sudah tersedia di keuangan tetapi prosesnya PBJ nya agak lambat, yang baru dicairkan uang perencanaan dan uang muka. Kalau seandainya pekerjaan PBJ sudah di laksanakan lebih awal maka penyerapannya kemungkinan sudah lebih besar, karena rumah produksi baru bulan September kontraknya, yang pasar Phara sudah duluan realisasinya dan uang muka bisa cari 30%.
Kendala terbesar yaitu proses pengadaan barang dan jasa yang agak terlambat. Karena di bidang industri baru pergantian pejabat jadi itu yang membuat proses lambat.