Selain itu, lanjut Adolf Yoku, dunia pertanian bukanlah sesuatu yang asing karena dia sempat menempuh pendidikan di sekolah lanjutan tingkat atas di SPMA Kampung Harapan. Adolf juga mengenyam pendidikan sarjana Strata Satu (S1) bidang pertanian di Jogjakarta, bahkan hingga dia pensiun dari PNS sebagai Kepala Dinas TPH.
Karena latar belakang itulah Adolf Yoku berusaha mengabdikan ilmu dan pengalamannya untuk membangun pertanian di lingkungan tempat tinggalnya sekaligus menciptakan lapangan kerja dan menginspirasi warga lainnya untuk melakukan hal yang sama.
“Dulu sebagai Kepala Dinas, saya banyak turun untuk membantu petani. Yakni, merencanakan pertanian di tingkat Kabupaten Jayapura. Sehingga banyak program Pemerintah Daerah khususnya di bidang pertanian, baik untuk petani Orang Asli Papua (OAP) maupun Non Papua. Saya saat masih sebagai Kepala Dinas, tugas itu saya bagikan kepada para petani. Saya bina semua petani dan memang itu terbukti. Misalnya, petani asli Papua sebagian besar sudah memiliki lahan,” katanya.
“Saya selalu ingatkan mereka agar punya lahan, karena ada lahan baru kita bisa bercocok tanam, ada lahan baru kita bisa punya alat, kita punya bibit dan tenaga. Kemudian dengan ada lahan baru kita bisa produksi. Jadi itulah yang selalu saya bina selama menjadi kepala dinas di bawah kepemimpinan Bupati Jayapura Mathius Awoitauw dan Wakil Bupati Giri Wijayantoro,” sambung Adolf.
Pada tahap awal, Adolf Yoku menanam cabai, jagung, ketimun dan sayuran-sayuran.
“Tahap awal itu kita terus dengan tanaman cabai, yang tidak pernah stop tanam cabai, kemudian jagung dan sayur-sayuran. Ini saja masih tanam ketimun, bahkan setiap habis panen kita kembali tanam ketimun. Jadi saya sudah atur dia punya tempat, sehingga tempatnya ini kita bisa tanam tanaman pangan jenis sayuran, kemudian kita tanam pisang, singkong, keladi atau talas, sayur sawi, seledri dan daun kemangi,” paparnya.
Untuk membantunya menggarap lahan 5.600 meter persegi itu, Adolf Yoku melibatkan 2 orang tenaga kerja mulai dari pembukaan lahan, penyiapan bibit hingga penanaman, dengan upah 150 ribu rupiah per hari dan dibantu oleh sang istri.
Menurut dia, apa yang dilakukannya dalam kondisi seperti saat ini sangat diharapkan masyarakat di daerah ini, terbukti dengan banyaknya warga yang ingin ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga dan para petani binaannya dulu sewaktu dirinya sebagai Kepala Dinas masih saja mendatanginya untuk meminta bantuan, baik ilmu maupun bibit.
Sambil mengitari kebun yang baru ditanami berbagai jenis buah dan sayur sekitar satu minggu pascapanen, Adolf menjelaskan bahwa pengembangan berbagai tanaman pangan seluas 5.600 meter persegi yang dilakukannya telah menjalin kerja sama dengan ada salah satu pembeli yang sering menjajakan buah dan sayur di pasar.
Karena itu, pria yang mengambil sarjana S1 Pertanian di Institut Pertanian Jogjakarta itu memastikan seluruh hasil panen akan terserap oleh pasar dan berharap ke depan luas tanamannya di lahan miliknya itu dapat ditingkatkan, sehingga berdampak bagi peningkatan ekonomi keluarganya dan warga sekitar.
“Puji Tuhan, pada umur seperti ini saya masih diberi kesehatan, tidak ada salahnya saya berbuat sesuatu di tengah masyarakat,” pungkas pria yang menempuh Pascasarjana Strata Dua (S2) nya di Surabaya, Jawa Timur.